Ternate, 28/11 (Antara Maluku) - Dinas Pertanian (Distan) Maluku Utara (Malut) mengakui kualitas beras yang dihasilkan para petani di provinsi itu masih rendah jika dibandingkan dengan beras dari daerah lain yang selama ini dipasarkan.
"Masih rendahnya beras yang diproduksi para petani Malut itu bukan karena faktor benih atau tata cara pembudidayaannya, tetapi karena proses penanganan pascapanen yang belum sesuai standar," kata Kepala Distan Malut Saiful Turuy di Ternate, Sabtu.
Proses penanganan pascapanen padi di Malut umumnya tidak melalui proses penjemuran secara maksimal, begitu pula proses penggilingan dan pengepakannya belum sesuai standar, sehingga kadar airnya cukup tinggi yakni di atas 15 persen, padahal seharusnya maksimal 12 persen.
Ia mengatakan, kondisi beras dengan kadar air yang tinggi itu mengakibatkan kualitas beras menjadi tidak bisa bertahan lama, bahkan sesuai fakta selama ini hanya bisa bertahan maksimal tiga bulan dan setelah itu akan mudah rusak.
Itulah sebabnya para pengusaha beras di Malut enggan menampung beras produksi daerah itu dalam jumlah banyak, begitu pula para pengusaha warung makan jarang menggunakan beras itu karena lebih cepat basi jika dibandingkan dengan beras dari luar Malut.
Distan Malut, kata Saiful Turuy, tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi masalah tersebut karena kewenangannya hanya dalam hal dukungan pengembangan areal tanam dan peningkatan produksi serta penyediaan saran dan prasarana pertanian.
Oleh karena itu, Distan Malut sangat mengharapkan peran para pengusaha untuk melakukan proses penangganan pasca-panen secara lebih baik, terutama penyediaan lantai penjemuran dan mesin penggilingan padi yang sesuai standar, sehingga kualitas beras yang dihasilkan minimal bisa sama dengan kualitas beras dari luar Malut.
Ia menambahkan, Distan Malut terus berupaya meningkatkan produksi beras di Malut, baik melalui program perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas lahan serta pembangunan jaringan irigasi guna mengurangi ketergantungan beras dari luar Malut yang selama ini mencapai sekitar 50.000 ton per tahun.
Kualitas Beras Maluku Utara Masih Rendah
Sabtu, 28 November 2015 19:52 WIB